Tarif Baru Trump dan Dampaknya Pada Cryptocurrency

Tarif yang diumumkan menyebabkan volatilitas di pasar saham dan mata uang. Indeks saham seperti Nasdaq tertekan sekitar 0,8%, sementara nilai mata uang global (CAD, EUR, JPY) melemah
Menariknya, meskipun terjadi koreksi ringan—Bitcoin turun 0,6%, Ether melemah sekitar 1%—pasar crypto tidak mengalami kepanikan massal. Sebaliknya, aset digital menunjukkan resiliensi berkat sentimen sebagai pelindung nilai alternatif .Pakar menyatakan, meski ada tekanan akibat tarif, jangka panjang kripto justru bisa menguat, terutama jika ketergantungan terhadap dolar dan stabilitas moneter global terus melemah.
Sementara sebagian investor mencari tempat aman di emas dan obligasi, Bitcoin mulai dipandang sebagai "emas digital" — perlindungan dari inflasi dan gejolak ekonomi. Ini terbukti saat keputusan tarif terbaru terjadi: Bitcoin tetap bertahan, bahkan mencetak harga tertingginya—mencapai US$ 117.686, dan Ether menembus US$ 3.018 . Lebih dari sekadar aset spekulatif, blockchain kini mulai digunakan dalam rantai pasok global untuk mengatasi gangguan akibat perang dagang—menerapkan solusi teknologi di tengah lonjakan tarif dan biaya impor
Expert dari CoinShares menambahkan bahwa meski dampak jangka pendek untuk Bitcoin mungkin negatif—karena korelasi dengan pasar saham—kondisi stagflasi dan inflasi tinggi justru bisa memicu rebound dan meningkatkan peran Bitcoin sebagai lindung nilai
Aspek | Fakta Utama |
---|---|
Tarif Trump | 25–40% bea impor, termasuk tarif 30% pada UE & Meksiko mulai 1 Agustus |
Pasar Tradisional | Saham dan mata uang tertekan; indeks Nasdaq turun ~0,8% |
Kripto Resilien | Bitcoin/Ether turun tipis namun tetap kuat; Bitcoin tembus rekor ~US$ 117 686 |
Fungsi Kripto | Mulai dipandang sebagai alat lindung nilai & dukungan rantai pasok global |